Kamu mau Es Krim?🍦
“Heh nyusahin aja kamu masuk kelompok kita!”
“Iya, mending kamu di kelompok lain deh atau sendiri aja daripada nyusahin”
Aku sudah tidak tahan lagi dengan caci maki mereka. Mataku sedari tadi sudah berkaca-kaca, namun itu tidak membuat mereka berhenti menyalahkanku. Aku pergi berlari ke taman belakang sekolah, duduk dibawah pohon sambil menangis terisak. Perasaanku sedang tidak baik-baik saja sekarang, aku tahu, aku memang tidak diharapkan oleh siapapun. Bahkan untuk mendapat kelompok yang mau menerimaku saja sangat susah.
Aku sudah tidak tahan lagi dengan caci maki mereka. Mataku sedari tadi sudah berkaca-kaca, namun itu tidak membuat mereka berhenti menyalahkanku. Aku pergi berlari ke taman belakang sekolah, duduk dibawah pohon sambil menangis terisak. Perasaanku sedang tidak baik-baik saja sekarang, aku tahu, aku memang tidak diharapkan oleh siapapun. Bahkan untuk mendapat kelompok yang mau menerimaku saja sangat susah.
Angin berhembus menerbangkan daun-daun kering. Sejuknya amat menenangkan. Kupejamkan mataku perlahan, menghembuskan napas kasar, mencoba menikmati alunan angin yang menerpa jilbabku.
“Lagi ngapain disini?”
Suara tanya itu mengejutkanku, seketika aku menoleh kearah kanan, kudapati seorang gadis manis sedang menatapku keheranan. Aku membetulkan kacamata yang sedikit turun di hidung, kembali menatapnya tidak percaya. Sungguhkah dia berbicara padaku?
“Kamu mau es krim? Nih aku beli dua tadi” ucapnya sambil memberi satu es krimnya untukku.
“Terima kasih” ucapku tersenyum simpul.
Dia membalasnya dengan senyum sumringah, memperlihatkan deretan giginya walaupun tidak rata. Tetapi dia memiliki gingsul dan satu lesung pipi di pipi kirinya yang membuatnya terlihat manis. Jadilah kami berdua makan es krim di taman, meskipun aku agak canggung namun ku akui kehadirannya yang tiba-tiba ini membuatku sedikit lebih baik.
“Dulu aku juga kayak kamu. Dibully. Tapi percaya deh, yang aku alami jauh lebih buruk daripada kamu” celetuknya tiba-tiba, bercerita kepadaku.
“Kamu pernah dibully? karena apa?”
Akhirnya aku mulai bertanya karena penasaran. Aku mengenalinya. Dia Aika, teman sekelasku. Aku memang belum pernah berbicara-maksudku bercerita sebelumnya dengannya. Tetapi aku tahu dia adalah gadis yang baik, dia selalu membelaku saat aku dibully oleh yang lain. Dia juga memperbolehkan aku masuk kedalam kelompoknya, walaupun yang lain tidak setuju. Itulah yang menyebabkanku tidak enak hati kepadanya karena dia sangat baik padaku.
“Aku pernah dibully seangkatan gara-gara laporin temen aku yang ngerokok dan pacaran ke guru BK. Kamu tahu? rasanya sedih banget. Setiap hari aku harus dapet tatapan sinis dari banyak pasang mata juga dapet cacian dari mereka.” Ucapnya dengan sorot mata kesedihan
“Kenapa kamu berani laporin mereka?” tanyaku lagi
“Iya karena perbuatan mereka itu salah. Pacaran itu dosa, dilarang sama Allah dalam Al-Qur'an surah Al-Isra' ayat 32. Terus merokok juga kan gak baik buat kesehatan. Tapi mereka malah anggep aku cari perhatian sama guru BK. Padahal aku ngelakuin itu karena aku peduli sama mereka.” Air matanya perlahan mulai menetes. Namun segera dihapusnya.
“Gimana bisa..kamu kuat lewatin itu semua?” tanyaku semakin penasaran.
“Karena aku punya masa depan untuk diraih. Hidupku aku yang menentukan bukan mereka. Kalaupun mereka gak suka, aku cuma bisa sabar sambil terus buktiin ke mereka kalau aku bukan orang yang rendah. Kalau bukan aku, siapa lagi? pemeran utamanya kan aku. Aku nyerah, ya hidupku sia-sia” celotehnya panjang lebar sambil membuang bungkus es krim ke tong sampah.
Aku tertampar dengan kata-katanya. Aika benar, pemeran utama dalam hidup kita adalah diri kita sendiri. Aku langsung menangis sejadi-jadinya. Dalam hati, aku merasa tidak bersyukur. Aku merasa lemah, baru diuji begitu saja aku ingin putus asa.
Aika memelukku hangat. Membiarkan pundaknya basah karena hujan air mataku. Setelah merasa lega, aku menghirup napas dalam-dalam sambil berjanji dalam hati bahwa aku akan semangat lagi untuk meraih masa depan yang cerah.
“Aika, terimakasih banyak” ucapku tulus
Diapun mengangguk lalu menggandeng tanganku menuju kelas. Aku tahu apa yang harus aku lakukan ketika nanti dibully oleh teman-teman. Aku tidak mau lagi berlarut dalam kesedihan karena ada teman sejati yang selalu ada untukku.
“Nanti pulang sekolah aku mau beli es krim.Kamu mau?” tanyaku
“Dengan senang hati”
Kami saling tertawa lepas, melupakan kesedihan
masing-masing.
“Lagi ngapain disini?”
Suara tanya itu mengejutkanku, seketika aku menoleh kearah kanan, kudapati seorang gadis manis sedang menatapku keheranan. Aku membetulkan kacamata yang sedikit turun di hidung, kembali menatapnya tidak percaya. Sungguhkah dia berbicara padaku?
“Kamu mau es krim? Nih aku beli dua tadi” ucapnya sambil memberi satu es krimnya untukku.
“Terima kasih” ucapku tersenyum simpul.
Dia membalasnya dengan senyum sumringah, memperlihatkan deretan giginya walaupun tidak rata. Tetapi dia memiliki gingsul dan satu lesung pipi di pipi kirinya yang membuatnya terlihat manis. Jadilah kami berdua makan es krim di taman, meskipun aku agak canggung namun ku akui kehadirannya yang tiba-tiba ini membuatku sedikit lebih baik.
“Dulu aku juga kayak kamu. Dibully. Tapi percaya deh, yang aku alami jauh lebih buruk daripada kamu” celetuknya tiba-tiba, bercerita kepadaku.
“Kamu pernah dibully? karena apa?”
Akhirnya aku mulai bertanya karena penasaran. Aku mengenalinya. Dia Aika, teman sekelasku. Aku memang belum pernah berbicara-maksudku bercerita sebelumnya dengannya. Tetapi aku tahu dia adalah gadis yang baik, dia selalu membelaku saat aku dibully oleh yang lain. Dia juga memperbolehkan aku masuk kedalam kelompoknya, walaupun yang lain tidak setuju. Itulah yang menyebabkanku tidak enak hati kepadanya karena dia sangat baik padaku.
“Aku pernah dibully seangkatan gara-gara laporin temen aku yang ngerokok dan pacaran ke guru BK. Kamu tahu? rasanya sedih banget. Setiap hari aku harus dapet tatapan sinis dari banyak pasang mata juga dapet cacian dari mereka.” Ucapnya dengan sorot mata kesedihan
“Kenapa kamu berani laporin mereka?” tanyaku lagi
“Iya karena perbuatan mereka itu salah. Pacaran itu dosa, dilarang sama Allah dalam Al-Qur'an surah Al-Isra' ayat 32. Terus merokok juga kan gak baik buat kesehatan. Tapi mereka malah anggep aku cari perhatian sama guru BK. Padahal aku ngelakuin itu karena aku peduli sama mereka.” Air matanya perlahan mulai menetes. Namun segera dihapusnya.
“Gimana bisa..kamu kuat lewatin itu semua?” tanyaku semakin penasaran.
“Karena aku punya masa depan untuk diraih. Hidupku aku yang menentukan bukan mereka. Kalaupun mereka gak suka, aku cuma bisa sabar sambil terus buktiin ke mereka kalau aku bukan orang yang rendah. Kalau bukan aku, siapa lagi? pemeran utamanya kan aku. Aku nyerah, ya hidupku sia-sia” celotehnya panjang lebar sambil membuang bungkus es krim ke tong sampah.
Aku tertampar dengan kata-katanya. Aika benar, pemeran utama dalam hidup kita adalah diri kita sendiri. Aku langsung menangis sejadi-jadinya. Dalam hati, aku merasa tidak bersyukur. Aku merasa lemah, baru diuji begitu saja aku ingin putus asa.
Aika memelukku hangat. Membiarkan pundaknya basah karena hujan air mataku. Setelah merasa lega, aku menghirup napas dalam-dalam sambil berjanji dalam hati bahwa aku akan semangat lagi untuk meraih masa depan yang cerah.
“Aika, terimakasih banyak” ucapku tulus
Diapun mengangguk lalu menggandeng tanganku menuju kelas. Aku tahu apa yang harus aku lakukan ketika nanti dibully oleh teman-teman. Aku tidak mau lagi berlarut dalam kesedihan karena ada teman sejati yang selalu ada untukku.
“Nanti pulang sekolah aku mau beli es krim.Kamu mau?” tanyaku
“Dengan senang hati”
Kami saling tertawa lepas, melupakan kesedihan
masing-masing.

saya gak tau ini soal interface default di ponsel saya, atau font pilihan kakak di setting bloggernya, tapi penggunaan spasi kurang ya kak.
BalasHapussebetulnya ide ini segar, dikemas dengan sederhana tanpa lupa valuenya. keren. tapi kenyamanan membaca sedikit kurang kak karena soal spasi itu tadi.